Sanggar Tari Payung Muntha Cawas Lestarikan Seni Tari, Kembangkan Potensi

Supriyadi “Jimbling” (paling depan) bersama anak asuh tarinya.

WartaKita.org – Upaya untuk melestarikan seni tari terus dilakukan oleh Sanggar Tari Payung Muntha (STPM) Cawas, Kabupaten Klaten.

Sanggar Tari Payung Muntha berdiri sejak tahun 1993. Dan sampai hari ini, STPM masih eksis dan terus mengabdikan diri dengan memberikan pelatihan seni tari di kalangan anak-anak, remaja sampai orang tua.

Bacaan Lainnya

Sanggar tari ini memang sempat vakum beberapa waktu. Tetapi mulai menggeliat lagi pada beberapa tahun terakhir ini.

Direktur Sanggar Tari Payung Muntha Supriyadi “Jimbling” menyampaikan, sampai sekarang, jumlah anggota atau siswa seni tari tercatat  ada sekitar 30 orang. Sedang mentor atau pelatih tari-nya dari Perguruan Tinggi Seni Tari, baik dari Solo maupun Yogyakarta.

“Tari yang kami ajarkan, mulai dari tari klasik, kreasi baru, kontemporer, sampai garapan. Selama ini, latihan tari diadakan setiap hari Minggu, yakni kelas pagi pada pukul 9.00-12.00 WIB, kelas siang pukul 13.00-15.00 WIB, dan kelas sore pukul 15.00-17.00 WIB,” katanya.

Jimbling  menjelaskan, sebelum materi tari diberikan kepada siswa, para pelatih tari selalu memberikan materi olah tubuh. Hal ini dimaksudkan untuk pembentukan postur tubuh dan kelenturan siswa tari.

“Materi olah tubuh ini bukan hanya untuk melangsingkan tubuh, tetapi juga untuk menyadarkan bahwa bahwa seni tari itu butuh proses panjang. Seperti dengan rajin mengolah tubuh, dan sebagainya,” ujarnya.

Alumni Jurusan Seni Tari Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) ini berharap, siswa tari bisa menyerap materi tari yang diperagakan oleh pelatih tari dengan seksama.

“Siswa harus memiliki talenta kuat dalam merekam setiap gerak olah tubuh pelatih tari. Dan ini membutuhkan konsentrasi yang tinggi. Ketika kaki dan tangan bergerak, bersamaan tatapan mata dan ayunan gemulai, maka kelenturan jari jemari penari juga harus hidup,” ucapnya.

Pria yang suka memelihara rambut gondrong ini menyatakan, selama ini, Kabupaten Klaten dipandang mempunyai talenta yang kuat dalam berbagai seni, termasuk seni tari. Karena itu dia berharap, Pemkab Klaten mau lebih melibatkan lagi para seniman tari yang ada untuk memberdayakan potensi seni tari di Klaten.

“Kalau ada event bagus seperti penampilan Duta Wisata misalnya, Pemkab Klaten tidak perlu bingung-bingung mencari penari potensial dan berpengalaman. Saya yakin, sanggar seni tari di Klaten siap mendukung dan pasti akan layak tampil. Intinya, ora ngisin-ngisini (Klaten),” paparnya.

Pengusaha mobil taksi ini memandang, hidup dan matinya seni tari itu lebih terletak pada kepedulian dan kemauan para seniman tari. Kalau seniman tari itu acuh saja, potensi dirinya tidak terus diasah, ilmunya tidak ditularkan ke anak asuh, dan ogah-ogahan berkreasi, maka pelan namun pasti, seni tari itu akan sirna dan hilang ditelan arus perubahan zaman.

“Seniman itu hadir bukan untuk kepentingan sesaat, bukan untuk proyek-proyekan. Akan tetapi, potensi seni yang dimiliki para seniman itu menjadi bagian dari kekayaan adilihung negeri ini. Setiap gerak olah tubuh seorang penari yang ditampilkan, bisa menjadi bagian dalam “mengkritisi” kinerja Pemerintah, dan juga menunjukkan keinginan atau aspirasi masyarakat. Seni tari juga bisa menjadi bentuk eksistensi semangat perjuangan seorang penari dan juga simbol potensi yang ada di masyarakat,” terangnya.

Jimbling berharap, pada setiap event peringatan HUT Kemerdekaan RI dan Hari Jadi Kabupaten Klaten misalnya, para seniman tari bersama anak asuhnya juga dilibatkan untuk ikut tampil dengan berbagai aksi tari yang dimilikinya.

“Di Klaten, saat ini kondang dengan Seni Tari Lurik Payung atau Tari Luyung, Tari Gambyong, Tari Jaranan dan tari kreasi lainnya yang cukup membanggakan. Maka Pemkab Klaten jangan sampai tutup mata dengan melakukan “pembiaran” kepada para seniman, khususnya seni tari,” tandasnya.

Karena itu, untuk melestarikan seni tari di Klaten, dia berkomitmen, sampai kapan pun, Sanggar Seni Tari Payung Muntha akan tetap buka kelas (latihan).

Maka, bagi masyarakat yang ingin belajar banyak tentang seni tari, silakan mendaftarkan diri langsung ke lokasi latihan di Gedung Persatuan Wredatama Republik Indonesia (PWRI) Kecamatan Cawas di Desa Barepan, Kecamatan Cawas setiap hari Minggu. Lokasi latihannya lumayan nyaman, tenang, dan jauh dari kebisingan.

 

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *