Di Biennale Bank Sampah, Masyarakat Diedukasi Agar Peduli Pada Pengelolaan Sampah

Temanku Lima Benua menjelaskan seputar Biennale Bank Sampah kepada Wahyu Prasetyo dan pengunjung lainnya,Kamis (23/7/2020).

WartaKita.org – Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Kabupaten Klaten bersama Lima Benua Art Management (LBAM) menggelar Biennale Bank Sampah di Rumah Pilah Sampah Dukuh Mogol, Desa Paseban, Kecamatan Bayat, Kabupaten Klaten, 23-30 Juli 2020.

Biennale yang mengusung tema “Mindset” ini diisi dengan kegiatan pameran hasil karya bank sampah, workshop, diskusi, penampilan karya seniman, dan lainnya.

Bacaan Lainnya

Biennale Bank Sampah ini dibuka oleh Asisten II Setda Klaten Wahyu Prasetyo.

Asisten II Setda Klaten Wahyu Prasetyo dalam sambutan mengapresiasi Biennale Bank Sampah yang sangat menarik karena memanfaatkan berbagai sampah untuk karya seni ini. Menurutnya, Pemerintah dan masyarakat perlu menggali berbagai inovasi dalam pengelolaan sampah.

‘’Kegiatan seperti ini sangat perlu untuk mengingatkan dan mengajak masyarakat agar mengelola sampah dengan benar. Jangan membuang sampah di sembarang tempat, terutama di sungai dan fasilitas umum. Pengelolaan sampah bisa diawali dengan memilah dan memilih sampah dari rumah tangga. Masyarakat perlu mengubah perilaku masyarakat dalam mengelola sampah,’’ kata Wahyu.

Sedang Ketua Umum Biennale Bank Sampah yang juga Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Kabupaten Klaten, Srihadi menyampaikan, selama ini, sampah menjadi permasalahan bagi banyak daerah. Karena itu, perlu dicarikan solusi untuk mengurangi sampah dan mengubah sampah menjadi barang yang mempunyai nilai seni dan ekonomi.

“’Lewat acara ini, kami ingin mengedukasi dan mengajak masyarakat untuk peduli sampah. Semua itu diawali dari rumah dengan memilah sampah. Semua karya yang ditampilkan di sini terbuat dari sampah. Sebenarnya, event ini sudah lama ini direncanakan. Namun tertunda sekitar 3 bulan karena pandemi covid-19,’’ ujar Srihadi.

Sementara itu penggagas Biennale Bank Sampah, Temanku Lima Benua (Liben) menjelaskan, Biennale Bank Sampah ini bertujuan untuk menanamkan mindset (pola pikir) kepada generasi Z (generasi yang lahir diatas tahun 2000), warga pengelola Bank Sampah, serta masyarakat Klaten bahwa masalah sampah adalah tanggung jawab bersama.

“Kebersihan itu bukan saja bagian dari iman. Akan tetapi, menjadi kewajiban dan investasi masa depan,” ucapnya.

Liben menambahkan, untuk mengurangi sampah, maka upaya yang paling mendasar atau yang pertama kali dilakukan adalah dengan tidak menghasilkan sampah.

“Tetapi jika sampah tetap dihasilkan, maka harus dilakukan pemilahan sampah yang dihasilkan dan memastikan semua sampah dimanfaatkan kembali sehingga menjadi sumber daya dan tidak terbuang sia-sia ke lingkungan,” paparnya.

Pembukaan Biennale Bank Sampah ini dimeriahkan dengan penampilan Gedrug Noto Birowo dari Desa Temuireng, Kecamatan Jatinom pimpinan Harsono, pentas wayang ringkes yang dimainkan dalang cilik Kasih Hariyanto, dan performance art lainnya.

Pos terkait

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *